Lisria dan Bukunya Part 3

Friday, January 23, 2015





Dengan tubuh yang lemah karena beban pikiran yang teramat menggebu didalam kepalanya. Dia berpamitan kepadaku. Dia menatap langit langit kosong dan mungkin sempat berfikir bahwa Tuhan memang adil menempatkannya dalam situasi seperti ini. Situasi yang mungkin ketika aku berada pada posisinya aku akan bersujud kepada sang pencipta bahwa aku memilih untuk berhenti dari ujian yang diberikann-Nya. Lisria, ya Lisria adalah nama gadis itu. Gadis perantuan yang dengan tegar meninggalkan segalanya untuk mencoba bertahan di tanah rantaunya, walaupun dia tidak tahu muara mana yang akan dia tuju sebagai hasil dari rantauannya. Aku berhenti memandangnya dari belakang, dia sudah pergi dan kembali.

* Dari Segi Pandang Lisria *

Aku berjalan terhuyung sambil menjaga kantung air mataku agar tidak tumpah di jalan. Aku sengaja menyimpannya untuk nanti. Au sudah cukup lelah menangis hari ini. Aku membuka pintu dengan lemasnya dan menyalakan lampu. Kupandangi ruangan kamarku yang besar yang selalu mebuatku selalu sepi. Aku pergi mengambil air wudhu sambil menyeka sisa air mataku yang masih mengintip dari sudut mata ini. Aku menghadapkan diri kepada Allah, aku ceritakan semuanya . .

“ Allah, Ya Tuhanku, Tentang seseorang yang tidak pernah aku temukan di generasiku. Tentang seseorang yang membuatku berpaling dari yang lain. Tentang seseorang yang membuatku melabuhkan perasaanku. Tentang seseorang yang Tidak akan pernah ada yang lain melainkan dirinya. Tentang seseorang bagaikan Matahari, dan bintangku.
Aku lebih memilih untuk tidak menceritakan hal ini lagi karena mungkin Imam sudah lelah mendengar ceritaku, aku lebih memilih menyerahkan kisah klasik tentang kerinduanku pada dzat yang menciptakkanku.. Yaitu Engkau Ya Allah “

Aku mengintip disela do’aku kepada sng pencipta. Waktu telah menunjukkan pukul 22:48 WIB, dan kalender di dinding masih menunjukkan angka 18 bulan Januari tahun 2015. Aku kembali menyerahkan diri kepada Allah Tuhanku untuk berbagi cerita

” Tuhan, malam ini aku hanya ingin menangis sebisa yang aku bisa..semampu yang aku mampu. Tuhan, aku tau engkau melakukan ini karena ada maksud pembahagiaan untukku nanti. Tuhan kuatkan aku detik ini,saat ini juga..aku benar benar hancur dalam penghidupanku sendiri. Tuhan aku masih kuat karena kaulah pencipta hatiku “

” Jika bukan Engkau aku tak akan bisa baik baik saja saat sudah hancur seperti ini..gelap ya Tuhan, bagai tak ada terang sedikitpun dalam ruang ruang hidupku sekarang. Apa yg bisa aku peluk selain dekapan sujud dalam dekapmu Tuhan. Kasihmu itulah penerangku sekarang,tapi aku tak dapat melihatnya Tuhan..aku menjadi gelap dalam rasa,pendengaran dan penglihatan “

” Kenapa tiba tiba seolah olah gerhana menutup hidupku, tak ada ruang sisi celah sedikitpun untuk aku melihat terangMu Tuhan. Aku menjadi gelap segelap gelapnya tempat tergelap di dunia. Tak ada yang pahami rasaku sekarang Tuhan. Masukan aku dalam wadah bejana KasihMu Tuhan..aku hampir tak bisa lagi untuk melangkah dalam kegelapan ini. Dimana letak terangMu bagai tak terlihat sedikitpun oleh rasaku “

” Maafkan aku yang seperti ini ya Tuhan. Aku menjadi lemah. Sungguh Tuhan lebih dari nafasku aku membutuhkan KasihMu. KasihMu adalah terangku Tuhan,dimana aku harus pergi sekarang. Aku rindu tinggal didalam hatiMu. Engkau yang paling mengenaliku lebih dari apapun Tuhan ,Lebih dari siapapun Tuhan “

” Tolong aku Tuhan dengan terangmu. Aku hanya tidak mau membenci diriku sendiri, berapa kali ku maki diriku,ku ludahi diriku sendiri tapi sungguh Tuhan aku tak pernah ingin membenci diri ini..sedikitpun tak pernah ingin membenci pribadi yang tolol dan bodoh ini “

” Tuhan bantulah aku Tuhan,aku percaya padamu lebih dari apapun. Jika da 1000 persen,aku percayaMu lebih dari itu. Lebih dari aku percaya pada nyawa yang akan hilang “

” Tuhan aku percaya... Tolonglah aku Tuhan. Aku percaya pada Mu karena engkaulah satu satunya Pemeliharaku “



You Might Also Like

0 comments

Followers

Total Pageviews

Translate