SARAH

Sunday, October 30, 2016


Dulu, jalan di depan rumaku nampak begitu sempit, apalagi ketika aku menyusurinya bersamamu. Namun sekarang jalan ini begitu luang dan bahkan sangat lengan untuk aku lalui sendiri. Bagaimana denganmu? Apa kamu juga merasa sama dengan apa yang aku rasakan? Sepertinya tidak

Aku kembali memikirkan saat itu. Terlintas jelas saat aku membanting buku tepat di depanmu disaat kamu memandang tegang pada layar komputermu. Konyol memang pertemuan kita, namun aku suka, bahkan sangat suka. Aku kembali memandang keluar, terlihat sendu, sama sepertiku. Mungkin akan turun hujan? Aku benci hujan! Langit sepertinya nampak cengeng kali ini. Aku tak percaya hujan, dan aku tak percaya bahwa pelangi akan datang setelah hujan! itu semua omong kosong. Dari sini ini aku bisa melihat semuanya yang berjalan di bawah sana. Tepat di depan rumahku, gadis kecil yang memakai jas hujan merah jambu yang di gandeng oleh seorang wanita paruh baya nampak jelas dari sini. Sangat hangat bukan ketika bergandengan? Entahlah . . . pemikiran seseorang akan berbeda dengan yang lainnya. Setidaknya aku pernah merasakan hal tersebut. Aku memicingkan mataku melihat seseorang berjalan dari arah barat. Dan aku mengenali laki laki itu.

Laki laki itu berjalan ditengah genangan air selepas hujan tadi. Terlihat tangannya dimasukkan ke dalam saku. Mungkin dia kedinginan? Aku tersenyum, dan tanpa sadar mata kami saling bertemu. Cukup lama, bahkan aku bisa melihatnya ketika dia memandangku sendu. Kenapa kami sama sama sendu pagi kali ini? Dia menunduk dan nampak menghela nafas panjang. Laki laki itu berbalik, kembali ke barat. Terlihat bahwa sekarang aku  berada di sebelah kanan. Aku diam sembari menunggu apa yang akan terjadi. Menunduk. Tapi seolah olah saja aku mengerti, bahwa kini genggamanku yang dulu sudah lepas,  berbalik pergi dan meninggalkanku. Jika aku punya kesempatan berkata kepadanya, pastilah aku akan mengatakan “ Apakah karena dia kau meninggalkanku, Farhan? ” . Namun sayang, hal tersebut tak pernah terdengar, kini aku kembali membisu abadi dalam tangis kelu sore hari.  Padahal aku pernah berfikir bahwa setelah hujan selalu ada pelangi yang akan memeluk langit. Dan aku ingin menjadi langit itu. Namun sayang, bahwa pelangi tak akan selalu datang setelah hujan menyapa. Aku menoleh kembali ke jendela, dan dia sudah tidak terlihat lagi.

Ting!! Aku mendengar handphone ku berbunyi, ku jangkau handphone ang ada di meja yang tak begitu jauh dariku, aku membuka dan membacanya . . .

“ Hallo sarah, jika Cinta adalah sebuah pilihan, maka aku memilih untuk patah hati. Namun patah hatiku adalah sama bagimu. Maafkan aku. Aku dulu berpikir bahwa cinta adalah kebahagiaan orang lain yang lebih penting daripada bahagiaku. Aku harap kau bahagia dengan perginya aku. Aku ingin setelah ini kau bahagia lebih dari segalanya, meskipun aku yang harus sakit. Engkau mengerti bukan? Salam, Farhan ”

Aku menghela nafas panjang . . . Aku menarik kata kataku sebelumnya . . .

You Might Also Like

0 comments

Followers

Total Pageviews

Translate