Pada Sebuah Hati : Johan ( Part 3 )

Wednesday, August 09, 2017



“ Oke gua setuju! 3 Hari doang? ”

Jika aku ingat siang itu, benar benar menyenangkan. Tetapi sungguh, pertanyaannya begitu menyebalkan. Tiga hari? Dia pikir dia bisa membaca buku setebal itu selama tiga hari? Yang benar saja. Jika dihitung hitung besok adalah jatuh tempo. Lihat saja apakah dia bisa menyelesaikan syarat yang lain? Lebih baik aku tidur . . .

***

Pagi begitu cerah, sepertinya hari ini akan berpihak kepadaku sepenuhnya. Apakah pagi ini sangat cerah baginya. Siapa namanya? Sarah? Yap, Sarah! Membayangkannya saja sudah membuatku geli? Kenapa aku begitu jahat kepadanya? Kenal saja tidak. Apakah aku jahat? Entahlah, mungkin itu bisa dipikir belakangan. Aku berjalan ke perpustakaan seperti biasa, motor aku  parkir seadanya. Yang penting pantat motorku tak menyenggol pantat yang lain. Bisa ribet jika saling senggol. Aku membuka pintu perpustakaan, sepi? Tidak seperti biasanya. Kulihat di meja peminjaman ada seseorang yang . . ah panggil saja Bu Eni.

Ngaian kamu pagi pagi ke sini han? ”

Belum juga badan sepenuhnya masuk ke dalam perpustakaan sudah disodori pertanyaan. Ampun memang orang satu itu. Aku menggelengkan kepala sambil menghampiri Bu Eni.

“ Pagi pagi? Apalagi kalau bukan menggoda ibu ” aku mengedipkan mataku

“ PLAK!! ”

“ Aduh bu, terus terusin saja bu. Bisa bisa saya bego pulang datri perpustakaan ”

Sahutku setelah kertas Koran yang dilinting menghantam kepalaku, pelan sih tapi kalau sering seperti ini bagaimana jika otakku mendadak tidak genap?

“ Ibu tau ibu memang cantik tapi maaf yah an, ibu mau setia sama suami ibu ”

Kami berdua tertawa sekeras kerasnya. Masa bodo! Mumpung perpustakaan masih sepi

“ Ibu tahu kan hari ini, 10 Agustus deadline buku yang saya pinjam? ” Bu Eni mengangguk tanda mengerti

“ Ibu juga tahu kan Sarah yang berberapa hari lalu ibu kasih marah? ” Bu Eni kembali mengangguk, tapi kali ini lebih heran

“ Saya punya memberikan tantangan kepada Sarah untuk menyelesaikan buku yang tempo lalu saya pinjam dalam waktu 3 hari dan memintanya langsung untuk mengembalikan buku itu kepada ibu ” jelasku

“ Terus? Terus? Apa yang musti ibu lakukan? ” tanyanya dengan penuh antusias

“ Silahkan ibu terima buku itu tapi ketika dikembalikan jangan sebutkan nama asli saya. Setuju? ” Tawarku

“ Siap! Itu masalah gampang. Serahkan kepada ibu, ibu akan memasang wajah yang sinis kepadanya haha ” benar benar kejam perempuan satu ini

“ Oh ya, silahkan ibu tanyakan kekurangan buku yang dia pinjam sebulan yang lalu, saya yakin pasti hilang! Jika benar hilang, silahkan hokum bu, Sepuasnya ” Tawarku lagi. Sebenarnya apa yang aku lakukan?

Bu Eni setuju, rencana lancar. Eksekusinya? Entahlah. Aku kembali mengisyaratkan bahwa mungkin sebentar lagi sarah akan datang, aku akan sembunyi di belakan rak rak buku, sebelumnya aku meletakkan ransel ku di tempat biasa, pojok. Benar saja, Sarah sudah datang. Untung aku sudah berada di atara rak rak buku yang posisinya dekat dengan meja Bu Eni.

“ Saya mau mengembalikan buku ini Bu “ itulah suara yang pertama aku dengar

“ Siapa yang meminjam, kenapa kamu yang mengembalikan? ” aku menahan tawa, sungguh

“ Anu, saya dititipin laki laki yang memakai kacamata, yang tinggi ” ehem

“ Oh dia, silahkan tanda tangan disini. Sekalian ibu mau Tanya? Bagaimana kabar buku yang kamu pinjam sebulan yang lalu yang katanya ketinggalan atau apa? ” Sungguh, aku ingin tertawa sepuasnya. Serius!

“ Itu bu, sepertinya hilang . . . ”

Aku mengintip dia dari celah celah buku yang ada. Sepertinya Bu Eni memarahi dia dengan fasih. Lancar sekali mulutnya komat-kamit. Kulihat Sarah hanya manggut manggut. Aku juga yakin dalam hati dia pasti mengumpat. Dari penampilannya aku tidak yakin bahwa dia tipe orang yang berdoa ketika kena marah. Kulihat dia mulai berbalik dan menoleh kesana kemari mencari sesuatu? Jelas itu aku! Aku memposisikan diri pura pura mencari buku. Sepertinya dia akan lewat sini sesuai perkiraan

“ Hai ” sapanya

Tenang, bersikap seperti biasa. Jangan terbawa suasana dan jangan tersenyum apalagi tertawa

“ Oh hai? Tadi naik apa? Bekicot? ” tanyaku sinis. Dia tersenyum kecut

Dia berbalik dan menuju tempat janjian kita berdua. Dia meletakkan tas seenaknya. Wajahnya kecut, tak sedap di pandang. Dia memandangku yang mencari posisi duduk sambil membawab buku untuk pura puranya saja.

“ Gua sebel hari ini? ” gerutunya dengan semangat sambil melirik ke arah Bu Eni

Aku hanya mengeryitkan dahi. Dia yang melihatku hanya menarik nafas panjang dan diam sejenak. Aku juga diam membuka buku yang aku bawa seadanya

“ Masa iya gua disuruh cari orang yang namanya Johan di kampus ini? Mana gua tau? Apa apaan sih Bu Eni ”

Aku menoleh kepada Sarah, aku hanya menatapnya sambil meletakkan buku. Aku terkejut, mungkin dia juga sama.

“ Ha, aku? Apaa apaan Bu Eni? sebenarnya apa yang direncanakan Bu Eni “ batinku





Part 2 bisa di baca di sini
Ingin baca versi Sarah? Klik : http://www.farihikmaliyani.com

BERSAMBUNG KE PART 4 )


You Might Also Like

2 comments

  1. Wah udah mau masuk klimaks nih. Cant wait!!! 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah santai, kurang lebih sampai 7 episode. Karena ini collab sama temen jadi kita cari kesepakatan bersama :)

      Delete

Followers

Total Pageviews

Translate